1/10/10

APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI DUNIA PENDIDIKAN TINGGI: LATAR BELAKANG DAN MOTIVASI

oleh:
Rhiza S. Sadjad

Banyak pakar menyepakati bahwa kehidupan manusia di muka bumi saat ini tengah berada dalam peralihan dari era industri ke era pasca-industri (post-industrial). Jika pada era industri, energi merupakan issue sentral, maka pada era pasca-industri, informasi merupakan issue sentral. Sebagaimana energi dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain menggunakan sistem transportasi, maka pertukaran informasi dilakukan melalui sistem komunikasi. Jika peristiwa jatuhnya bom atom (yang merupakan rekayasa energi yang canggih pada masanya) di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945 merupakan peristiwa bersejarah yang menandai era industri, maka boleh dikatakan bahwa peristiwa World Trade Center (WTC) 11 September (911) tahun 2001 - yang sarat dengan rekayasa teknologi informasi - merupakan “pertanda jaman” dari era pasca-industri yang sering disebut juga sebagai era informasi. Dalam peristiwa WTC 911 dua tahun lalu itu kita menyaksikan bagaimana pesawat-pesawat dari penerbangan sipil komersial telah di-rekayasa dengan teknologi informasi yang sangat canggih menjadi peluru-peluru kendali yang secara akurat telah menghancurkan beberapa sasaran penting di Amerika Serikat, yang belum pernah sebelumnya tersentuh oleh serangan musuh dalam berbagai peperangan yang melibatkan Amerika Serikat.



Claude Shannon adalah seorang peneliti di Laboratorium Bell yang pada tahun 1948 berhasil menurunkan secara matematis Teori Informasi (Information Theory). Risalah berjudul “Mathematical Theory of Communication” setebal 55 (limapuluh lima) halaman yang ditulis oleh Shannon telah membuka jalan ke era informasi . Seorang pakar ilmu komunikasi bernama Everett M. Rogers menyebut Claude Shannon dan juga Norbert Wiener (bapak Cybernetics) dalam bukunya sebagai “the engineers of communication”.

Rogers juga yang dalam buku yang sama men-definisikan masyarakat informasi sebagai masyarakat yang sebagian besar warganya bekerja sebagai pekerja informasi , yang memperoleh nafkahnya dari mem-produksi, mengolah, menyebarkan informasi dan mem-produksi teknologi informasi. Dengan mengambil pengalaman sejarah perkembangan komposisi tenaga kerja di Amerika Serikat, Rogers menggolongkan para peneliti, guru, dosen, manajer, sekretaris, wartawan, reporter, teknisi komputer, semua dalam kategori pekerja informasi yang diramalkan kelak akan memiliki peran dominan dan strategis dalam pembentukan masyarakat informasi. Para peserta pelatihan ini, contohnya, tentu sebagian besar bekerja di berbagai instansi sebagai pekerja-pekerja informasi yang sehari-harinya berhubungan dengan perangkat-perangkat Teknologi Informasi yang berkembang dengan sangat cepat, semakin canggih setiap hari, bahkan setiap menit dan detik.

No comments:

Post a Comment

PENERAPAN ILMU FORENSIK DALAM HUKUM PIDANA

Terbentuknya keyakinan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana didasarkan pada hasil pemeriksaan alat-alat bukti yang dikemukakan pada pros...