Kemajuan teknologi yang sangat pesat dewasa ini telah merubah sendi-sendi kehidupan masyarakat. Karena teknologi yang semakin mutakhir tersebut menawarkan berbagai kemudahan serta gaya hidup baru yang terkadang justru meninggalkan pola-pola lama yang bersifat tradisional. Tidak dapat kita bayangkan betapa sepinya dunia ini tanpa kehadiran TV, radio, surat kabar, juga internet yang belakangan ini mulai digandrungi masyarakat, terbukti dengan menjamurnya warung-warung internet baik di kota besar maupun kota-kota kecil. Dengan biaya yang relatif murah kita dapat menjelajahi dunia hanya dengan duduk di depan monitor. Belum lagi teknologi komunikasi yang lain seperti faksimili, telepon genggam, dan lain-lain yang demikian mewabah.
Sementara di sisi lain, di negara kita yang tercinta yang sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup di ladang-ladang pertanian, serta tersebar ke ribuan pulau yang membentang dari Sabang-Merauke, terkadang masih mengalami kesulitan dalam menyebarkan informasi, khususnya informasi pembangunan yang sangat dibutuhkan oleh para petani untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas hasil pertaniannya. Demikian juga untuk masyarakat nelayan, seringnya informasi tentang perkembangan teknologi kelautan sangat terlambat diantisipasi karena kurangnya informasi yang diterima. Bahkan informasi tentang ditangkapnya banyak nelayan kita karena dianggap melewati perbatasan negara tetangga bisa jadi karena faktor ketidak tahuan akan informasi batas ekonomi kelautan.
Format pembangunan Indonesia yang khas negara sedang berkembang, dengan ciri khas penentuan kebijakan ada pada pusat pemerintahan dan nihilnya partisipasi masyarakat membuat pembangunan menjadi hanyalah lips services untuk para penguasa. Sementara sisi kemanfaatannya yang nyata kepada masyarakat boleh dikatakan hampir tidak terasa. Akibatnya, tanpa dukungan masyarakat yang merasa tidak terlibat, terjadilah gap yang sangat jauh antara masyarakat pedesaan atau lingkup masyarakat tradisional dengan mereka yang tinggal di perkotaan. Hal ini, mengakibatkan ketidak berimbangan antara banyaknya informasi yang disampaikan dengan menggunakan teknologi komunikasi yang semakin canggih dibandingkan proses penerimaan informasi tersebut kepada masyarakat luas, khususnya mereka yang tinggal di pedesaan atau tradisonal.
Pada era otonomi daerah sekarang ini, penggunaan media informasi pembangunan dari pusat ke daerah menjadi hal yang sangat penting. Sayangnya, sekali lagi akses informasi yang menggunakan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi tidak dapat dijangkau oleh mereka yang berada di pedesaan. Baik karena latar belakang pendidikan, sosial budaya dan ekonomi. Di lain pihak penggunaan penyuluhan sebagai sarana penyampai informasi sudah perlu diberi koreksi dan revisi, selain memang masyarakat sendiri sudah mulai menentang keefektifitasannya. Akhirnya, jangankan tahap implementasi otonomi daerah yang harus segera dilaksanakan, pengertian tentang otonomi daerah perlu disosialisasikan ulang dan terus menerus. Banyak contoh kasus sekarang ini karena faktor ketidak mengertian apa itu otonomi daerah adalah banyak daerah yang menyetujui diberlakukan otonomi daerah dengan anggapan sumber keuangan daerah yang selama ini menjadi target utama pembangunan daerah selalu dilarikan ke atas (pusat), bakal menjadi tanggung jawab sepenuhnya. Ternyata kenyataan berlangsung lain, karena alasan anggaran mepet atau tidak mencukupi daerah yang sebelumnya getol menyuarakan segera diberlakukan otonomi daerah menjadi mengeluh dan ujung-ujungnya meminta penangan pusat. Otonomi daerah memang dituntut untuk menjadikan suatu daerah mandiri baik secara ekonomi juga hal lainnya.
Memaksa masyarakat menjadi pengguna teknologi komunikasi dan informasi maju hanya akan menjadikan masalah baru. Tanpa dukungan pemahaman dan pendidikan yang betul justru akan dikhawatirkan memunculkan beragam masalah baru. Seperti ideologi baru yang serba permisif, atau runtuhnya nilai budaya timur yang sarat dengan makna dan nilai. Bahkan termasuk mereka yang sudah berpendidikan pun di kota-kota besar. Contoh nyata adalah pengakses situs pornografi terbesar di di dunia, Indonesia merupakan rangking 4. Untuk kawasan Asia Tenggara Indonesia merupakan pengakses terbesarnya (HU Suara Merdeka, 7 Mei 2002). Tentu saja tanpa proses pengetahuan dan pemahaman yang betul justru yang terjadi adalah penjerumusan ke dalam kesalahan besar berikutnya.
Disinilah perlu diupayakan mencari sebuah pendekatan penyampaian informasi dari pemerintah kepada masyarakat khususnya pedesaan secara tepat. Membiarkan mereka tanpa informasi yang memadai juga akan berpengaruh negatif, karena jarak sosial dengan masyarakat perkotaan akan semakin jauh. Sedangkan membiarkan mereka mengakses informasi juga akan berpengaruh yang negatif pula. Dari sinilah, penelitian tentang penggunaan media yang selama ini ada pada masyarakat pedesaan penting untuk mendapat perhatian khusus. Mereka tidak perlu mencari sesuatu yang baru, tetapi harus menghidupkan media informasi yang tepat digunakan untuk mampu menerima informasi dari pemerintah khususnya tentang pembangunan. Karena pada saat otonomi daerah diberlakukan tuntutan untuk mandiri pada masyarakat menjadi sebuah kewajiban. Dan media rakyat ini, juga dapat dijadikan sarana yang tepat untuk menjadi corong pemerintah sebagai media penyampai pesan kepada masyarakat pedesaan.
No comments:
Post a Comment