11/13/09

TEORI MOTIVASI

Selama kurun waktu 10 tahun terakhir sejumlah penelitian dilakukan terhadap sebuah pendekatan baru dalam memandang motivasi. Pendekatan byang sering disebut teori pengharapan (expenctancy theory) ini masih memerlukan uji coba, pendalam dan perluasan. Akan tetapi, banyak ahli perilaku organisasi yang berkesimpulan bahwa teori ini paling komprehensif, valid dan berguna dalam memahami motivasi. Lebih lanjut dikatakan bahwa teori ini merupakan alat yang sangat berguna untuk memahami motivasi dalam organisasi (Nadler dan Lawyer, 2003).

Teori ini dikembangkan oleh Vroom dengan tiga konsep penting yaitu (Hasibuan, 2002) :
a. Harapan (expectancy)
Harapan merupakan suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku. Menurut Nadler dan Lawyer (2003), harapan mengacu pada kemungkinan yang dimiliki seseorang tentang seberapa besar kemungkinan yang dimikinya untuk berkinerja sampai level tertentu, atau seberapa besar kemungkinan usaha yang dilakukannya akan sampai pada kesuksesan kerja.
b. Nilai (valence)
Adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai/martabat tertentu (daya atau nilai memotivasi) bagi setiap individu tertentu. Nilai/valence ditentukan oleh individu dan tidak merupakan kualitas objektif dari akibat itu sendiri. Pada situasi tertentu, nilai ini berbeda antara satu orang dengan orang lain. Satu hasil mempunyai valence positif apabila dipilih dan disenangi, dan sebaliknya mempunyai valence negatif jika tidak dipilih. Suatu hasil mempunyai valence nol apabila orang acuh tak acuh mencapatkannya.
c. Pertautan (intrumentality)
Adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat ke-dua. Motivasi adalah menilai besarnya dan arahnya semua kekuatan yang mempengaruhi individu. Tindakan yang didorong oleh kekuatan paling besar adalah tindakan yang paling mungkin dilakukan.

Teori ini didasarkan pada sejumlah asumsi tentang sebab-akibat munculnya perilaku tertentu di dalam organisasi (Nadler dan Lawyer, 2003).
1 Asumsi 1
Perilaku ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan yang berasal dari dalam individu dengan kekuatan yang berasal dari lingkungan. Perilaku tidak bisa hanya ditentukan oleh salah satu saja dari kekuatan tersebut. Setiap individu masuk ke organisasi dengan muatan psikologisnya masing-masing. Mereka memiliki pengalam dan sejarah perkembangan yang memberikan mereka sejumlah kebutuhan yang bersifat unik, cara memandang dunia dan harapan tentang bagaiman organisasi akan memperlakukan mereka. Semua hal tersebut mempengaruhi bagaiman seorang individu merespon terhadap lingkungan kerjanya.

2 Asumsi 2
Karyawan menentukan keputusan tentang perilakunya sendiri di dalam organisasinya. Terdapat banyak hal yang membatasi perilaku individu di dalam organisasi, tetapi hampir semua perilaku yang diamati merupakan hasil hasil keputusan individu yang dilakukan secara sadar. Keputusan-keputusan ini biasanya dibedakan ke dalam dua kategori. Pertama, individu membuat keputusan tentang bagaimana dia berperilaku sebagai anggota organisasi : datang ke tempat kerja, tinggal di tempat kerja, dan menjadi anggota organisasi. Kedua, individu membuat keputusan tentang seberapa besar usaha mereka dalam menjalankan pekerjaan : seberapa keras ia berusaha, seberapa banyak ia memproduksi dan seberapa tinggi kualitas hasil kerjanya.
3 Asumsi 3
Masing-masing orang memiliki jenis kebutuhan, keinginan dan tujuan berbeda. Setiap individu tidak sama dalam hal jenis outcome (reward) yang mereka inginkan. Perbedaan-perbedaan tersebut didasarkan kekuatan kebutuhan individu.
4 Asumsi 4
Orang membuat keputusan dari alternatif rencana-rancana perilaku yang didasarkan pada persepsi (pengharapan) mereka mengenai tingkatan sampai dimana perilaku tertentu mengarah ke hasil yang diinginkan. Dengan kata lin, orang cenderung melakukan hal-hal yang menurut mereka mengarah ke pencapaian hasil (yang juga dapat disebut reward) yang mereka inginkan dan menghindari hal-hal yang menurut mereka mengarah ke pencapaian hasil yang tidak mereka inginkan.

Jadi berdasarkan asumsi-asumsi yang dikemukakan di atas, pendekatan yang digunakan pada penelitian ini memandang bahwa setiap orang memiliki kebutuhan dan sikap masing-masing tentang pekerjaan. Mereka menggunakan pemikiran ini untuk mengambil keputusan bagaimana mereka berperilaku yakni berperilaku sesuai dengan indikasi yang diperlihatkan oleh sikap yang mengarah ke pencapaian hasil yang akan memuaskan kebutuhan, Dengan demikian mereka bisa saja termotivasi maupun tidak termotivasi, karena motivasi tergantung pada situasi dimana mereka berada dan bagaimana motivasi tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka.

No comments:

Post a Comment

PENERAPAN ILMU FORENSIK DALAM HUKUM PIDANA

Terbentuknya keyakinan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana didasarkan pada hasil pemeriksaan alat-alat bukti yang dikemukakan pada pros...