10/20/09

TEORI KEBENARAN ILMIAH

A. Tiga teori utama kebenaran ilmiah
Ilmu pengetahuan terkait erat dengan pencarian kebenaran, yakni kebenaran ilmiah. Ada banyak yang termasuk pengetahuan manusia, namun tidk semua hal itu langsung kit golongkan sebagai ilmu pengetahuan. Hanya pengetahuan tertentu, yang diperoleh dari kegiatan ilmiah, dengan metode yang sistematis, melalui penelitian, analisis dan pengujian data secara ilmiah, yang dapat kit sebut sebagai ilmu pengetahuan. Dalam sejarah filsafat, terdapat beberapa teori tentang kebenaran, diantaranya tiga yang utama, yakni: Pertama, teori kebenaran ebagai persesuaian (the correspondence theory of truth), disebut juga teori korespondensi; teori kebenaran sebagai peneguhan (the coherence theory of truth), atau disebut juga sebagai teori koherensi; dan ketiga, teori pragmatis (the pragmatis theory of truth).

a). Teori persesuaian (korespondensi)
Menurut teori ini kebenaran adalah persesuaian antara apa yang dikatakan dan kenyataan. Setiap pernyataan dianggap benar kalau apa yang dinyatakan didalamnya berhubungan atau punya keterikatan (correspondence) dengan kenyataan sebagaimana diungkapkan dalam pernyataan itu. Jadi kebenaran menurut teori ini adalh kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai diketahui dan kenyataan yang sebenarnyaAtau disebut juga kebenaran adalah kesesuaian antara subyek dan obyek.
Kebenaran ini disebut dengan kebenaran empiris, karena kebenaran suatu pernyataan. Proposisi atau teori, ditentukan oleh apakah pernyataan, mproposisi atau teori itu didukung fakta atau tidak. Contoh: “Bumi ini bulat’, adalah suatu pernyataan yang benar, karena dalam kenyataan pernyataan ini didukung atau sesuai dengan obyek, dengan kenyataan yang diklaim oleh si msubyek itu. Pernyataan lain umpamanya:”Berbagai kerusuhan yang terjadi akhir-akhir ini diberbagai daerah di Indonesia, didalangi oleh pihak ketiga”. Pernyataan ini benar apabila dalam kenyataan memang ada pihak ketiga yang mendalangi berbagai kerusuhantadi, tentu salah apabila tidak demikian.
Persoalan yang muncul sehubungan dengan teori ini adalah bahwa suatu pernyataan, proposisi atau hipotesis yang tidak didukung oleh bukti empiris, oleh kenyataan faktual apapun, tidak akan dianggap benar. Suatu pernyataan umpamanya “ Ada Tuhan Yang Mahakuasa”, tidak akan dianggap suatu kebenaran kalau tidak didukung oleh bukti empiris tertentu, dank arena itu tidak dianggap sebagai pengetahuan. Pernyataan seperti itu hanya akan dianggap sesuatau yang menyangkut keyakinan .

b). Teori keteguhan (koherensi)
Teori ini melihat bahwa kebenaran tidak diperoleh dalam kesesuaian antara proposisi atau pernyataan dan kenyataan. Suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya (1). Semua manusia pasti mati (2). Socrates adalah manusia; (3). Sebagai kesimpulan hanya sebagai implikasi logis dari system pemikiranyang ada, yaiu bahwa semua manusia pasti mati, dan bahwa Socrates adalah manusia. Menurut teori keteguhan, kebenaran suatukesimpulan dilihat apakah kesimpulan memang diperoleh secaransahih(valid) dari proposisi lain yang telah diterima sebagai benar. Jika premis-premisnya benar, cara menarik kesimpulannya juga benar, dengan sendirinya kesimpulannya juga benar .

c). Teori pragmatis tentang kebenaran
Menurut teori ini kebenaran suatu pernyataan diukur dengan criteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Di sini kebenaran artinya dengan kegunaan. Artinya, suatu pernyataan adalah benar jika pernyataan atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Jadi, suatu ide dianggap benar apabila ide itu dapat dilaksanakan, dan hasilnya berguna bagi manusia. Berguna bisa dalam arti dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh manusia , atau menghasilkan kegunaan lain dan tidak sekedar memecahkan masalah yang ada. Sesuatu ide dinilai benar atau salah berdasarkan konsekuensi praktisnya dalam kehidupan manusia.

2. Sifat dasar kebenaran ilmiah
Dari ketiga teori yang telah disinggung diatas tampak bahwa ketiganya dapat dibicarakan secara terapisah, namun sebenarnya mrmpunyai keterkaitan penting. Yang kita butuhkan bukan hanya kenbenaran logis saja melainkan juga kebenaran empiris . Dengan demikian, kita dapat katakan bahwa kebenaran ilmiah selalu mengandung didalamnya ketiga hal berikut, yakni: strukturnys yang rasional logis, isinya yang empiris, dan bahwa itu dapat diterapkan untuk menghasilkan kegunaan bagi manusia.
Argumen ilmiah mementingkan struktur penalaran yang tepat atau sahih (valid), sekaligus juga isinya yang sesuai dengan kenyataan. Atau dengan kata lain, kebenaran suatau argument dari segi bentuk dan isi adalah prasyarat mutlak (condition sine qua non) dalam ilmu pengetahuan. Dan kalau kita dalami lebih lanjut, apalah artinya sebuah kebenaran kalau tinggal sebagai suatu kebenaran bentuk (logis) dan bahkan juga kebenaran materi/isi (sesuai kenyataan), tanpa hal itu bermanfaat bagi kehidupan manusia. Maka tanpa mengabaikan penting dan mendasarnya kebenaran logis dan kebenaran empiris, kebenaran pragmatis merupakan hal yang sangat menentukan dalam kebenaran ilmiah. Artinya kebenaran-kebenaran ilmiah yang dihasilkan dari ilmu pengetahuan perlu diarahkan bagi pemenuhan kebutuhan manusia, termasuk untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya.
Maka, ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus kita kembangkan harus diarahkan demi kebaikan bagi manusia. Apabila suatu ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhasil dikembangkan ternyata mendatangkan bencana bagi kehidupan, maka kebenaran yang dihasilkannya, pantas bahkan harus diragukan. Kalau kita katakana bahwa kesalahan terjadi pada penggunaannya., itu berarti kesalahan terletak pada manusia. Disinilah manusia dituntut untuk lebih bertanggung jawab.

No comments:

Post a Comment

PENERAPAN ILMU FORENSIK DALAM HUKUM PIDANA

Terbentuknya keyakinan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana didasarkan pada hasil pemeriksaan alat-alat bukti yang dikemukakan pada pros...