8/5/09

Pencemaran Ekosistem Air Tawar

Sebagai penyedia sumber daya, air digunakan langsung untuk air minum manusia dan hewan. Pada beberapa wilayah ekosistem air digunakan untuk perikanan yang mampu menopang kebutuhan dasar manusia dan perekonomian nasional. Sebagai penyedia fasilitas pariwisata air dapat digunakan untuk rekreasi, memancing, fotografi dan olah raga air. Jumlah dan kualitas air dapat diatur dengan siklus hidrologi dan perbaikan kualitas air. Sebagai penyedia habitat, ekosistem air mengakibatkan terjadinya interaksi antara tanah, air dan banyak tanaman, yang akhirnya akan menimbulkan berbagai macam keragaman spesies.

Dengan demikian air merupakan segala-galanya bagi manusia, hewan, tumbuhan, industri dan keseimbangan alam. Masalah air adalah masalah hidup dan mati. Bagi manusia tanpa makanan mungkin masih dapat bertahan hidup sampai beberapa minggu, tetapi tanpa air hanya dapat bertahan hidup hanya dalam beberapa hari. Pada beberapa jenis mikroorganisme kebutuhan air lebih penting dibanding oksigen. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa jenis bakteri yang dapat hidup subur tanpa oksigen (bakteri anaerob), namun tak satupun dapat hidup tanpa air. Perkembangan populasi penghuni Bumi dan perkembangan peradaban yang sangat cepat membawa konsekuensi meningkatnya kebutuhan air bersih.

Menyadari bahwa krisis air berarti juga krisis kehidupan, maka perlu dicari alternatif penyelesaiannya. Mengutip rumusan yang terdapat pada agenda 21, sasaran sementara pengelolaan air adalah:

Sasaran sementara pengelolaan air adalah: (1) menyediakan sekurang-kurangnya 40 liter air yang aman bagi penduduk kota perhari, (2) menyediakan sanitasi bagi 75% orang yang berada di kota, (3) menetapkan standar pembuangan limbah kota dan limbah industry, (4) mengharuskan tiga perempat limbah kota padat dikumpulkan dan didaur ulang atau dibuang dengan cara yang aman bagi lingkungan, (5) menjamin bahwa penduduk desa dimanapun dapat memperoleh air yang aman dan sanitasi demi kehidupan yang sehat, sekaligus memelihara lingkungan penting setempat, (6) memberantas penyakit yang terkait dengan air pada umumnya dan menetapkan target, misalnya pemberantasan penyakit cacing (dracunculiasis) dan river blindness selambat-lambatnya tahun 2000.[26]


2) Pencemaran Air

Pada masa yang lalu, air banyak terbuang percuma dan membahayakan bagi kehidupan. Saat ini manusia telah dapat memanfaatkan air dan menggunakannya menjadi sesuai yang bermanfaat secara langsung maupun tidak langsung. Akibat aktifitas manusia yang menjadikan tanah dan air sebagai tempat pembuangan, maka air menjadi tidak sehat dan tidak layak untuk diminum. Hal ini disebabkan karena air tercemar bahan-bahan buangan kotoran/sampah yang bisa menyebabkan pertumbuhan populasi mikroba yang besar dan akan menyebabkan penyakit yang disebabkan oleh mikroba.[27] Pada kondisi seperti ini berarti air telah mengalami pencemaran atau polusi.

Easton dan Goldfarb menyatakan bahwa masalah utama berkenaan dengan ekosistem air tawar bukan karena besarnya jumlah populasi penduduk tetapi justru pengontrolan secara ketat dari pemakaian air secara pas dan sesuai kebutuhan.[28]

Dampak dari penggunaan air yang tidak dilakukan secara tepat sesuai dengan kebutuhannya akan mengakibatkan polusi pada air. Polusi merupakan perubahan pada air, udara dan tanah yang dapat menyebabkan kerusakan atau merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan untuk didiami.[29] Polusi air tidak hanya dilihat dari banyaknya plastik, kaleng atau sampah lainnya yang mengambang di sungai, tetapi dapat juga dilihat dari bahan kimia, sedimen, organisme penyebab penyakit dan panas yang merupakan penyebab polusi air yang tidak terlihat.

Polusi juga dapat diartikan sebagai adanya penambahan berbagai unsur atau energi yang mengakibatkan penurunan mutu lingkungan bagi manusia dan organisme lainnya.[30] Ada dua faktor utama yang mempengaruhi kerusakan lingkungan dan mengakibatkan polusi yaitu jumlah populasi yang besar dan perkembangan teknologi yang merupakan penemuan bentuk baru yang menyebabkan terjadinya polusi.

Pencemar merupakan racun yang secara umum diartikan sebagai produk yang berbahaya yang mencemari lingkungan, seperti volume suara, panas, bahan kimia atau sampah. Pencemaran umumnya disebabkan oleh aktifitas manusia meskipun alam dapat juga menghasilkan beberapa bahan pencemar yang sama.[31]

Menurut Undang-Undang Nomor: 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.[32]

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pencemaran meliputi: (1) masuk atau dimasukkannya zat pencemar ke dalam lingkungan, (2) disebabkan oleh kegiatan manusia dan alam, (3) menyebabkan mutu lingkungan menurun dan (4) akibatnya fungsi lingkungan tidak sesuai lagi dengan peruntukannya.

Menurut Azwar yang dimaksud pencemaran adalah terjadinya perubahan lingkungan oleh segala sesuatu yang sifatnya membahayakan kehidupan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ini, baik karena tingkah laku manusia ataupun karena peristiwa-peristiwa alam.[33]

Menurut Chiras yang dimaksud dengan pencemaran air adalah perubahan yang terjadi pada air baik secara fisik maupun kimia yang mempengaruhi organisme dalam skala global.[34]

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada air salah satunya adalah karena pengaruh aktivitas manusia. Dengan semakin meningkatnya penduduk, maka konsumsi air juga akan meningkat. Permintaan air yang terus bertambah menyebabkan alam tidak mampu menyediakan air bersih yang diperlukan manusia. Keadaan ini semakin diperburuk lagi apabila manusia tetap boros dalam memanfaatkan air dan melupakan kemampuannya untuk pulih kembali.

Lingkungan sesungguhnya mempunyai kemampuan untuk membersihkan diri terhadap bahan-bahan pencemar yang dibuang ke dalamnya. Tetapi apabila jumlah dan kualitas bahan pencemar yang dibuang ke dalam lingkungan melampaui kemampuan lingkungan untuk membersihkan diri, maka lingkungan akan tercemar.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya krisis air adalah: (1) pihak-pihak yang membutuhkan air sangat banyak, (2) penggunaan air yang cenderung boros dan melupakan konservasi, (3) terjadinya buangan limbah industri ke badan air, (4) mutu air yang tidak memenuhi persyaratan baku, (5) kepincangan dalam neraca air tahunan sehingga menyebabkan banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau.[35]

Cheremisinoff menetapkan ciri-ciri air yang tercemar berdasarkan: (1) sifat fisik seperti warna, bau, endapan, dan temperatur, (2) kandungan bahan kimia seperti karbohidrat, minyak, pestisida, fenol, protein, detergen yang termasuk bahan-bahan organik, sedangkan yang termasuk bahan-bahan anorganik seperti kesadahan, klorida, logam berat, nitrogen, pH, phosphor, belerang dan bahan-bahan beracun, (3) kandungan biologis seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, protista, dan virus.[36]

Perdana Gintings menentukan karakteristik air yang tercemar dengan adanya perubahan secara fisik, kimia dan biologi.[37] Perubahan fisik dapat terjadi pada warna, bau, padatan dan temperatur air. Sementara itu perubahan kimia dapat terjadi karena adanya bahan-bahan karbohidrat, minyak dan lemak, pestisida, fenol, yang termasuk kelompok bahan-bahan orgnik. Sedangkan adanya alkali, klorida, logam berat, Nitrogen, perubahan pH, Sulfur, bahan beracun dan perubahan pH air termasuk kelompok bahan-bahan anorganik. Perubahan biologi terjadi karena air tercemar oleh virus yang berasal dari limbah domestik.

Bahan pencemar yang paling banyak mencemari ekosistem air adalah limbah domestik dan kegiatan industri. Fakta menunjukkan bahwa di negara berkembang pengolahan air limbah dilakukan sangat terbatas bahkan tidak sama sekali dan air limbah langsung dibuang ke saluran air.[38]

Tentang bahan-bahan pencemaran air, Srikandi Fardiaz mengelompokan atas sembilan group berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya, yaitu : (1) padatan, (2) bahan buangan yang membutuhkan oksigen, (3) mikroorganisme, (4) komponen organik sintetik, (5) nutrien tanaman, (6) minyak, (7) senyawa anorganik dan mineral (8) bahan radioaktif, (9) panas.[39]

Kesembilan bahan pencemar air diatas dapat digabungkan menjadi lima kelompok besar yaitu : (1) pencemar organik, (2) pencemar anorganik, (3) sedimen, (4) bahan radioaktif dan (5) panas.

a) Pencemar Organik

Kelompok pencemar ini terdiri dari bahan organik sintetik, minyak, limbah yang mengandung oksigen dan mikroorganisme penyebab penyakit. Bahan-bahan organik pencemar organik diukur dengan menghitung dan pengurangan dari air sampel. Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut dalam air dapat dikatakan seberapa jauh tingkat pencemaran air. Indikator yang sering digunakan untuk melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air adalah dengan DO, COD dan BOD Oksigen terlarut (DO) merupakan syarat yang sangat penting untuk kehidupan akuatik. DO yang optimum pada air tawar adalah 4 – 6 ppm. Kebutuhan oksigen kimia untuk reaksi oksidasi disebut COD Sementara itu BOD adalah kebutuhan oksigen biologis untuk memecahkan bahan buangan didalam air oleh mikroorganisme. Makin banyak polutan dalam air, BOD-nya makin tinggi.[40]

Pencemaran organik oleh mikroorganisme menyebabkan penyakit-penyakit yang dapat menular dengan perantaraan air. Penyakit-penyakit tersebut dikenal dengan sebutan ”water borne diseases”, diantaranya adalah kolera, tipus, disentri dan penyakit karena cacing. Indikator yang sering digunakan untuk menentukan pencemaran air oleh mikroorganisme dengan menggunakan bakteri E. Coli.

b) Pencemar Anorganik

Kelompok pencemaran anorganik diantaranya adalah asam mineral, logam dan campuran logam. Logam-logam berat berbahaya yang sering mencemari lingkungan air adalah mercuri (Hg), Kadmiun (Cd) dan Seng (Zn).[41]

Logam-logam ini banyak digunakan pada industri elektronika dan industri kimia. Bahan buangan kedua macam industri ini tidak dapat membusuk dan sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Oleh sebab itu apabila bahan buangan ini masuk ke lingkungan air maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air. Ion logam ini memiliki keburukan yaitu apabila masuk ke dalam tubuh organisme maka logam ini selamanya akan berada didalam jaringan tubuh organisme tersebut. Menumpuknya logam berat pada organisme dapat menyebabkan penyakit bahkan kematian. Beberapa penyakit yang disebabkan menumpuknya logam berat pada tubuh manusia adalah kelahiran prematur, cacat sejak lahir dan keterbelakangan mental disamping terjadinya mutasi gen yang sangat merugikan.

Di Teluk Jakarta pencemaran oleh mercuri telah melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) yaitu batas yang masih aman untuk manusia. Kadar Merkuri di Teluk Jakarta rata-rata mencapai 0.0270 ppm. Angka ini lebih besar dari nilai ambang batas merkuri yang diizinkan di Indonesia yaitu 0,005 ppm.[42]

Nilai pH suatu larutan memiliki rentangan 1 sampai 14 Nilai pH air yang normal berada di daerah netral antara pH 6 sampai pH 8. Sementara itu air yang terpolusi memiliki pH yang berbeda-beda. Semakin jauh letak pH air buangan dari daerah netral berarti air tersebut semakin tercemar.

Turunnya nilai pH suatu larutan menyebabkan sifat keasamannya semakin meningkat. Nilai keasaman air dapat meningkat bila sisa buangan industri yang banyak mengandung asam mineral langsung dibuang ke alam tanpa proses lebih dahulu. Sebagai contoh, bila air sisa buangan mengandung komponen Besi Sulfur (FeS2) maka komponen Besi Sulfur ini dapat bereaksi dengan udara dan air sehingga membentuk H2SO4 dalam air yang menyebabkan air bersifat asam. Begitu juga sebaiknya bila air sisa buangan banyak mengandung Alkali menyebabkan pH air menjadi tinggi dan air bersifat basa. Pergeseran pH air dari keadaan netral (pH naik maupun turun) akan mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Selain itu air lingkungan yang memiliki pH sangat rendah, bersifat sangat korosif sehingga sering menyebabkan perkaratan pada pipa-pipa besi.

c) Pencemar Padatan
Pencemar padatan sering dikenal dengan sebutan pencemar sedimen. Srikandi Fardiaz membedakan empat kelompok berdasarkan besar partikelnya yaitu: (1) padatan terendap (2) padatan tersuspensi dan koloid, (3) padatan terlarut (4) minyak dan lemak.[43]

Padatan terendap terdiri dari partikel-partikel padatan yang memiliki ukuran yang relatif lebih besar dan berat. Dengan demikian partikel-partikel tersebut dapat langsung mengendap jika air didiamkan dan tidak diganggu. Sering terjadi adanya padatan terendap dalam air sangat mengganggu kehidupan didalam air. Padatan terendap ini menutupi dasar air yang mungkin mengandung telur ikan sehingga menyebabkan telur ikan tersebut tidak dapat menetas. Adanya padatan terendap juga menghalangi sumber makanan yang ada di dasar sungai dan menghalangi penetrasi sinar matahari.[44]

Padatan tersuspensi dan koloid terdiri dari partikel-partikel yang ukuran dan beratnya lebih ringan dari sedimen. Padatan tersuspensi menyebabkan kekeruhan air tetapi tidak terlarut dan tidak mengendap langsung.

Padatan terlarut terdiri dari senyawa organik dan anorganik yang larut dalam air. Padatan terlarut memiliki ukuran partikel yang lebih kecil dan ringan dibanding padatan sedimen dan padatan tersuspensi. Contoh padatan terlarut adalah kesadahan air yang disebabkan adanya ion Kalsium (Ca) dan ion Magnesium (Mg) didalam air. Air sadah sangat merugikan karena menimbulkan korosi pada alat–alat yang terbuat dari logam, menyebabkan sabun kurang berbusa dan menimbulkan endapan di dalam wadah.

d) Bahan-bahan Radioaktif
Aktivitas manusia yang merupakan sumber potensial bahan radioaktif adalah; (1) proses pengolahan bijih Uranium, (2) kegiatan laboratorium dimana radioisotop digunakan, (3) limbah hasil penelitian laboratorium, (4) limbah rumah sakit yang menggunakan radioisotop untuk melaksanakan diagnosa dan terapi, (5) proses elemen-elemen bahan bakar yang berasal dari bijih Uranium, (6) limbah yang menghasilkan dari energi nuklir, (7) sisa-sisa tes senjata nuklir.[45]

e) Pencemar Suhu.
Pencemar suhu pada umumnya disebabkan oleh kegiatan industri yang menggunakan mesin-mesin besar. Dalam proses produksinya mesin-mesin tersebut menghasilkan panas yang timbul sebagai hasil reaksi kimia maupun panas dari kegiatan mesin-mesin tersebut. Untuk menjaga agar proses produksi berikut dengan peralatannya tetap memiliki suhu yang konstan, maka digunakan air untuk merendam panas akan mengambil panas yang terjadi. Apabila air yang telah berubah panas tersebut dibuang ke lingkungan dalam hal ini sungai, maka suhu air sungai juga akan meningkat.

Meningkatnya suhu air sungai membahayakan kehidupan organisme air. Beberapa mokroorganisme air tidak tahan dengan adanya perubahan suhu tersebut meskipun hanya dalam beberapa derajat Celcius saja.[46] Meningkatnya suhu air juga akan berpengaruh terhadap penurunan kandungan oksigen air. Karena kandungan oksigen sangat diperlukan oleh seluruh bentuk kehidupan, maka menurunnya oksigen di air berarti ancaman bagi makhluk hidup yang terdapat di air.

Menyadari dampak yang diakibatkan oleh pencemaran air, oleh sebab itu upaya-upaya untuk penyelamatan atau penghematan air bersih harus terus dilakukan seperti tidak membuang limbah rumah tangga yang berbahaya seperti tiner cat atau minyak kotor ke tanah, memperbaiki saluran pembuangan kotoran yang berasal dari toilet atau kamar mandi, menggunakan mesin cuci jika mencuci pakaian yang banyak dengan memilih fitur penghematan air pada mesin cuci tersebut.[47]


1 comment:

PENERAPAN ILMU FORENSIK DALAM HUKUM PIDANA

Terbentuknya keyakinan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana didasarkan pada hasil pemeriksaan alat-alat bukti yang dikemukakan pada pros...