9/6/09

KONSEPMANUSIA

A. Pendahuluan
Komunikasi akan berhasil apabila komunikator berhasil melakukan perubahan pada diri komunikan sesuai dengan tujuan penyampaian pesan. Perubahan yang dimaksud bisa dalam bentuk kognitif, efektif, dan konatif 9 Rahmat, 1986:46). Perubahan kognitif yaitu memberikan informasi, perubahan apa yang diketahui, apa yang dipahami, kepercayaan apa isi pikiran komunikan. Perubahan afektif, adalah perubahan yang terjadi pada motif ( apa yang diinginkan, sikap ( penilaian), dan emosi. Perubahan konatif, adalah perubahan pada tindakan seperti kebiasaan dan kemauan.



Untuk sampai pada perubahan-perubahan tersebut pada diri manusia, maka kita perlu mengetahui tentang karakteristik manusia. Manusia dengan kemampuan nalalr serta menciptakan lambang memang sebuah misteri besar. Manusia dapat diibaratkan sebuah samudra yang luas dan dalam. Kita tak akan pernah tahu apa yang dikandung sampai kita menyelam dan mengarungi samudra tersebut. Mungkin seperti itu jualah misteri setiap pribadi manusia. Oleh karena itu, memahami manusia merupakaan sebuah keharusan, jika kita ingin berhasil (efektif) dalam berkomunikasi dengan manusia lain.
Dengan pertimbangan di atas, menjadi penting untuk mengetahui bagaimana psikologi manusia memandang manusia. Untuk menjawab hal tersebut, kita akan membahas empat teori psikologi tentang manusia. Empat teori ini akan memberikan petunjuk bagi kita mengenai cara pandang yang berbeda tentang manusia. Misdalanya mengapa perilaku itu harus terjadi? Keempar teori ini akan memerikan analisis yang berbeda tentang manusia, seperti pendekatan psikonalisi, behaviorisme, psikologi kognitif, psikologi humanistik.


B. Pembahasan
Sebelum membahas faktor-faktor yang menentukan berhasilnya komunikasi pada diri komunikan, terlebih dahulu kita kaji dasar pemikiran tentang manausia. Manusia memang makhluk yang aneh, yang sulit dipahami. Sudah banyak ilmuan mempelajari manusia dengan pemikiran-pemikiran sebagai berikut ( dalam Rakhmat, 1986: 22):
Manusia sebagai Homo Valens ( Manusia berkeinginan)
Manusia sebagai Homo Mechanicus (Manusia berperilaku)
Manusia sebagai Homo Sapiens ( Manusia berpikir)
Manusia sebagai Homo Ludens ( Manusia Humanaistik)
1. Konsep Manausia dalam Psikoanalisis
Manusia sebagai Homo Valens, bersumber dari psikoanalisis yang dipelopori Sigmund Freud, jung, Alder, Abraham, Morney, dan Bion. Menurut mereka manusia bertindak karena dalam diri manusia terdapat tiga unsur kepribadian, yaitu Id, Ego, dan Super Ego. Id, adalah dorongan-dorongan biologis ( instink). Menurut Rakhmat ( 1986:24) ada dua instink yang dominan (1) Libido-instink reproduktif yang menyediakana energi dasar untuk kegisatsn-kegiatan manusia yang konstruktif.. Freud menyebutnya instink kehidupan (eros), meliputi dorongan seksual, kasih sayang, rasa cinta, dan pemujaan pada Tuhan. (2) Thanatos-instink destruktif dan agresif. Instink ini merupakan instink kematian. Semua motif maanusia adalah gabungan antara eros dan thamatos.
Ego adalah tuntunan realaitas ( dunia luar) sedangkan super ego adalah hati nurani yang mencari keseimbangan antara Id dan Ego.
2. Konsep Manausia dalam Behaviorisme
Manusia sebagai Homo Mechanicus (Manusia berperilaku), bersumber dari Aristoteles, Waston, Tolman, hull, Miller, Skinner, Bandura, Kelly, mereka menganggap bahwa semua perilaku manusia adalah hasil proses belajar. Aristoteles pernah mengemukakan bahwa manusia lahir tidak memiliki apa-apa seperti lilin (tabula rasa) yang sipa dilukis apa saja. Perilaku diperoleh dari pengalaman. Aliran ini yang mempelopori pemikiran bahwa tindakan diperoleh karena proses pembelajaran.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionesme yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-lapaoran subjektif. Behabiorisme mengkaji perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Oleh karena itu teori yang terkenal adalah teori belajar. Teori ini beranggapan bahwa perilaku manusia –kecuali instink- adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh dari lingkungan. Kaum behaviorisme tidak mempersoalkan apakah manusia itu baik atau jelek, rasionala atau emosional. Behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Dari sinilah timbul konsep :mesin) Homo Mechanicus.
3. Konsep Manausia dalam Psikologi Kognitif
Manusia sebagai Homo Sapiens ( Manusia berpikir), bersumber dari Plato, Descartes, Kant, Meinong, Stumpf, Gestalt Kurt Lewin, Heider, Fistinger. Menurut pandangan mereka, manusia bertindak atas dua faktor, yaitu personal dan lingkungan. Manusia adalah organisme aktif dan selektif menangkap stimuli yang diterimanya.
Psikologi kognitif seperti menjawab orang ketika behaviorisme tidak mampu menjawab mengapa ada orang yang bisa berperilaku berbeda dari lingkungannya. Hal ini disebabkan manusia memiliki motif pribadinya sendiri ( self-motivated). Dalam psikologi kognitif kita menemukan penjelasan atas konsep sikap bahasa dan berpikir, dinamika kelompok dan propaganda. Psikologi kognitif memandang manusia sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya, makhluk yang selalu berpikir. Perilaku manusia harus dilihat dari konteksnya.
4. Konsep Manusia dalam Psikologi Humanistik
Tiga treori sebelumnya, ternyata belum berhasil mengungkap manusia secara keseluruhan. Kita memang seringkali dipengaruhi oleh lingkungan seperti kata behariorisme, namun kita juga mampu untuk bertindak berbeda dengan lingkungan. Kita juga seringkali menunjukkan naluri primitif kita yang hewani seperti kata apsikoanalisis, namun pada saat yang sama kita juga punya rasa peduli, kasih sayang terhadap sesama manusia. Kita bisa saja terus sibuk berpikir bahkan sering salah berpikir, seperti kata psikologi kognitif. Namun pada saat yang sama kita ingin mengetahui dan diakui eksistensi diri kita serta apa seharusnya paling kita dambakan dalam hidup ini.
Manusia dalam psikologi humanistik, dipandang sebagai Homo Ludens
( Manusia Humanaistik), bersumber dari Rogers, Combs, Maslow, Satir, Perls. Mereka pepandangan bahwa manusia baru bermakna bila melibatkan nilai-nilai dan pilihan-pilihan yang konstruktif secara sosial. Kelompok ini beranggapan bahwa :
a. Manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi. Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang identitas dirinya.
b. Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisassikan dirinya.
Pada akhirnya kita bisa menarik kesimpulan bahwa Manusia dalam pandangan psikologi humanistik bertumpu pada tiga (3) hal dasar pijakan, yaitu :
1. Manusia itu unik;
2. Pentingnya nilai dan makan
3. Kemampuan manusia untuk mengembangkan diri.
Dari Gambaran tentang konsep manusia di atas dapat dambil kesimpulan bahwa manusia memberi reaksi pada situli yang diterimanaya ditentukan oleh faktor personal dan lingkungannya. Faktor internal bersumber dari faktor biologis sedangkan faktor eksternal bersumber dari stimuli yang sampai kepada dirinya.
Dalam komunikasi setiap orang memberi respon terhadap pesan yang diterimanya sesuai dengan persepsi. Sedangkan persepsi itu sendiri tergantung pada karakteristik personal.
Sebelum manusia mempersepsi stimuli yang diterimanya, terlebih dahulu stimuli diterima oleh alat indera. Proses pengindraaana stimuli disebut sensasi. Bila alat indera tidak berfung si secara sempurna mungkin akan terjadi salah sensasi. Misalnya doseen berkata: "manggu depan kita studi tour" tetapi yang mahasiswa dengan "minggu depan kita libur" adalah proses sensasi yang salah. Salah sensasi mengakibatkan persepsi tidak sesuai. Persepsi adalah memberi makna pada stimuli yang diterrima. Persepsi terhadap stimuli banyak ditentukan oleh sensasi, perhatian, fungsional dan struktural. ( Masalah ini akan kita diskusikana pada modul berikutnya)
C. Kesimpulan
Dalam psikologi dikenal empat teori tentang manusia, yaitu :
1. Psikoanalisis;
2. Behaviorisme;
3. Psikologi Kognitif;
4. Psikologi Humanistik.
Dalam psikologi analisis, perilaku manusia merupakan interkasi antar komponen biologis ( Id), komponen psikologis (ego), dan komponen sosial (super ego). Id berisi dorongan-dorongan biologis yang bermuara pada pencapaian kesenangan. Ego berg erak atas prinsip[ realaitas yang membawa kita ke kenyataan. Super ego berisi hati nurani yang berperilaku sebagai polisi kepribadian.
Sementara itu, Behaviorisme, menyatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh peneguhan tindakannya atas dasar ganjaran dan hukuman. Sementara akemampuan potensialnya untuk berperilaku didapatkan melalui peniruan dalam proses belajar sosial.
Selanjutnya psikologi kognitif melihat manusia sebagai makhluk yang selalu berpikir, karena ia selalu berusaha memahami lingkungannya. Sedangkan psikologi humanistik mendasarkan panduannya atas dasar asumsi keunikan manusia, pentingnya nilai, dan makna serta kemampuan manusia untuk mengembangkana dirinya.

Daftar Pustaka
Mutmainah, Nina, Psikologi Komunikasi, Pusat Penelitian Universitas Terbuka, Jakarta, 2000.
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Remaja Karya, Baandung, 1986.
Newcomb, Turner, dan Converse, (Editor : Ny, Joesoef Noersjirwan), Psikologi Sosial, Dipenogori, Jakarta, 1981.

No comments:

Post a Comment

PENERAPAN ILMU FORENSIK DALAM HUKUM PIDANA

Terbentuknya keyakinan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana didasarkan pada hasil pemeriksaan alat-alat bukti yang dikemukakan pada pros...